“PESTA
ADAT YANG UNIK DI DESA WISATA CIBUNTU”
Di Indonesia memang terkenal dengan kesuburannya dan juga
kekayaan alamnya. Dengan limpahan kekayaan yang didapat, masyarakat
mensyukurinya dengan beragam upacara dan pesta adat. Salah satunya ada di Desa Cibuntu,
desa yang terletak kurang lebih 30 Km dari pusat Kota Cirebon sendiri,
mempunyai sebuah tradisi untuk mengungkapkan semua rasa syukurnya, yaitu dengan
mengadakan tradisi yang biasa di sebut dengan sedekah bumi. Acara sedekah bumi
ini merupakan adat turun temurun dari leluhur masyarakat Desa Cibuntu.
Acara
Sedekah Bumi di Desa Cibuntu, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan ini sudah
rutin digelar masyarakat sejak dahulu. Sedekah Bumi di Desa Cibuntu ini
diadakan setahun sekali setiap menjelang musim tanam yatu pada saat menjelang
musim hujan tiba. Sedekah Bumi menurut masyarakat Desa Cibuntu adalah bentuk
rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas hasil panen yang telah di
peroleh. Sedekah Bumi ini juga merupakan sebuah permohonan kepada Tuhan agar
tanaman pertanian khususnya padi pada musim-musim tanam berikutnya akan menjadi
lebih-lebih subur dan hasil panen jauh lebih baik. Selain itu, Sedekah Bumi di
Desa Cibuntu ini merupakan pelestarian budaya bangsa dan jati diri suatu
bangsa.
Sebelum
melakukan tradisi turun temurun ini warga Desa Cibuntu diwajibkan membersihkan
mata air yang terletak di atas desa terlebih dahulu. Pembersihan mata air ini
memiliki arti bahwa segala kehidupan yang ada di bumi berasal dari air oleh
karena itu mereka diwajibkan menjaga keasrian serta kebersihan mata air supaya
bisa melanjutkan kehidupan dengan lebih baik. Setelah membersihkan mata air,
sebagian warga desa menyembelih kambing yang nantinya akan dimasak sebaga
sajian dalam pesta adat ini. Sedangkan warga yang lainnya, menyediakan piring
yang terbuat dari anyaman daun kelapa yang disebut warga sekitar yaitu takir.
Masyarakat memanfaatkan semua yang telah disediakan alam. Selain itu hal yang
boleh dilupakan dalam acara tradisi sedekah bumi, adalah keberadaaan delman
yang akan membawa kepala desa menuju lokasi acara tersebut.
Setelah semua warga berkumpul dan kemudian membentuk
barisan maka dimulailah arak-arakan. Ratusan warga desa, tua muda berjalan
beriringan, mengikuti delman yang dinaiki oleh kepala desa sesua lantunan irama
yang khas kesenian disebut kencring. Mereka semua mengenakan pakaian adat
sunda, yang perempuan memakai kain dan kebaya, sedangkan kaum prianya mengenakan
baju koko, yaitu kemeja pria muslim. Di dalam arak-arakan itu juga ada
sekelompok penari yang terdiri dari kaum remaja putrid. Segalanya memang sudah
dipersiapkan secara matang jauh jauh hari dan dengan gotong royong sesame warga
desa. Mereka membawa sendiri makanan yang telah disiapkan sebelumnya seperti
aneka jenis lauk pauk hasil olahan rumahnya, nasi dan juga buah-buahan hasil
tanaman sendiri dan uniknya di tempatkan di priring yang terbuat dari dedaunan
pisang yang kemudian dimasukkan ke dalam tetenong, yaitu tempat besar seperti
keranjang yang terbuat dari anyaman bambu.
Sesampainya di tempat acara mereka secara
bergabtian meletakkan tetenong, yaitu tempat semacam rantang yang terbuat dari
anyaman bamboo yang berisi macam macam makanan tradsional tersebut. Acara
sedekah bumi dimulai dengan pembacaan doa dan kata sambutan dari beberapa
pejabat desa Cibuntu. Kemudian Bupati Kuningan bersama kepala desa menyiramkan
“Air Kahuripan atau air kehidupan pada benih padi yang akan ditanam pada masa
mendatang. Setelah acara sedekah bumi selesai, para warga kembali ke rumah
masing-masing sambil membawa tetenong yang berisi makanan yang sudah dibagi
rata dengan sesame warga lainnya.
0 Komentar